Minggu, 01 Februari 2015

Sasakala Sakabumi Pajajaran Sindang Parang

Oleh : GM. Sukarman / Ka Kominfo
Membaca buku “Sasakala Sakabumi Pajajaran Sindang Parang – Ngabuka Sajarah dan Pusaka Bumi Pajajaran di Sukabumi”, yang ditulis oleh Muhammad Fajar Laksana (Pesantren Dzikir Al’Fath Sukabumi), ada hal menarik dari pemahaman yang diperoleh selama ini karena keterbatasan referensi bacaan tentang sejarah Sukabumi.  Ternyata jauh waktu sebelum kehadiran kaum kolonial di tanah air, pada khususnya di Sukabumi telah memiliki eksistensi dan cerita tersendiri.
Sebagaimana yang kita pahami sampai saat ini, bahwa penggunaan sebutan “ SOEKA – BOEMI ” mulai dipergunakan sejak tahun 1815, yang sebelumnya adalah Gunung Parang dengan Ibu Kota “TJIKOLE”. Nama tersebut diusulkan oleh Kepala Daerah Bangsa Indonesia kepada Pemerintah Kompeni melalui seorang Administrator Bangsa Belanda di Sukabumi, yaitu Andries Dewilde.
Sebuah karya berharga yang sudah sepantasnya kita apresiasi bersama,  selain terbit bertepatan dengan peringatan 100 Tahun (seabad) Kota Sukabumi pada tahun 2014 lalu,  buku ini telah membuka cakrawala baru dalam memahami sejarah Sukabumi yang oleh penulisnya didasarkan kepada serangkaian penelitian ilmiah dengan dukungan teori dan metode, serta adanya fakta dan obyek, sehingga kita mengenal sejarah Sukabumi bukan lagi hanya sekedar mereka-reka dari sudut pandang etimologis, akronim atau bahkan mungkin berupa cerita turun temurun.
Mencoba memahami sejarah, dari aspek teori, buku ini menjelaskan waktu kejadian adanya kerajaan Pajajaran Sindang Parang di Sukabumi yaitu pada abad 13 dan 14.  Dari aspek metode, pernyataan-pernyataan dalam buku ini didukung oleh adanya bukti-bukti hasil penemuan, satu diantaranya berupa batu-batu unik di lokasi Gunung Karang Kecamatan Baros. Penemuan “benda Sejarah” ini barangkali bisa menjelaskan kepada kita telah adanya aktivitas dan peristiwa pada suatu masa di tempat tersebut.
Membaca buku ini sebagian dari kita terlebih generasi muda tentu hampir tidak percaya apabila pada abad 13 dan 14 di Kota Sukabumi pernah ada kerajaan Sunda yang bernama Sakabumi Pajajaran Sindang Parang. Bukti berupa peninggalan benda-benda atau nama-nama tempat seperti : Gunung Karang, Gunung Parang dan Sakabumi yang kita kenal saat ini dengan Sukabumi, tentunya bukan hal yang kebetulan. Seiring waktu, dengan pendekatan keilmuan biarkan sejarah menemukan kebenarannya, karena kebenaran hakiki hanya milik Allah Swt semata.
Yang paling penting bagi kita, bahwa dengan memahami sejarah, apalagi sejarah tentang Sukabumi, kita senantiasa bisa berdialog antara masa kini dan masa lampau untuk memperoleh nilai-nilai penting yang berguna bagi kehidupan. Nilai-nilai itu dapat berupa ide-ide, kearifan lokal maupun konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah masa kini dan selanjutnya untuk merealisasikan harapan masa yang akan datang.
Memahami sejarah juga penting untuk memperoleh inspirasi dan semangat bagi mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa, semangat nasionalisme maupun dalam upaya menumbuhkan harga diri bangsa.
Oleh karena itu, buku “Sasakala Sakabumi Pajajaran Sindang Parang – Ngabuka Sajarah dan Pusaka Bumi Pajajaran di Sukabumi” setidaknya dapat menambah referensi tentang perjalanan sejarah Sukabumi sekaligus memotivasi kita untuk menjadi pelaku sejarah Sukabumi yang produktif dan layak dikenang oleh anak cucu di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar